Guruku teman seks dan fantasi cinta liarku

Guruku teman seks dan fantasi cinta liarku
jalatogel layartogel visitogel basreng188 gala288 jangkartoto

Guruku teman seks dan fantasi cinta liarku

Matahari sore memancarkan cahaya hangat di atas ruang kelas yang sunyi, sinar terakhir hari menari-nari menembus jendela dan meja-meja. Bu Siska, guru yang memikat dengan sosok yang bisa membuat pria mana pun bertekuk lutut, sedang merapikan diri setelah hari yang panjang. Kacamatanya bertengger tak menentu di ujung hidungnya saat ia memilah-milah setumpuk kertas, rambut panjangnya tergerai di punggungnya. Guruku teman seks dan fantasi cinta liarku Di usia 28 tahun, ia adalah lambang kecantikan yang tak tersentuh, lekuk tubuhnya yang menggairahkan dan payudaranya yang besar merupakan bukti keberuntungan genetiknya. Ia masih perawan, sebuah fakta yang menjadi kebanggaan sekaligus kerinduan terpendamnya.

Pintu berderit terbuka, dan masuklah Bu Cherry, kepala sekolah. Di usia 34 tahun, ia membawa diri dengan kepercayaan diri yang hanya bisa dihadirkan oleh pengalaman. Payudaranya yang berukuran sedang dan bibirnya yang menawan menarik perhatian setiap pria di sekitarnya, namun justru penampilannya yang berwibawalah yang membuatnya tetap bertahan. Sebagai seorang ibu tunggal, ia tak asing dengan hasrat seksual, tetapi ia telah lama belajar memisahkan kehidupan profesional dan pribadinya.

Kedua perempuan itu saling tersenyum sopan, rasa saling menghormati mereka tampak jelas dalam kesepahaman diam-diam yang terjalin di antara mereka. Mereka sendirian di kelas, kecuali satu siswa yang tetap tinggal, Randi, seorang pemuda tampan berusia 16 tahun yang dikenal karena tubuh atletis dan kecerdasan intelektualnya. Ia adalah objek fantasi banyak siswi, dan reputasinya yang dikagumi para siswi memang pantas didapatkan.

Randi terhanyut dalam lamunan, matanya menelusuri lekuk-lekuk sensual tubuh guru-gurunya. Ruangan itu dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan, energi bermuatan yang seakan berdengung di udara di sekitar mereka. Tatapan Bu Siska bertemu pandang dengannya, dan sesaat, ada kilatan sesuatu yang liar, hasrat yang menutupi kepolosannya.

Saat Bu Cherry menoleh ke arah Randi, blusnya mengencang di dadanya, memperlihatkan bayangan bra rendanya. Randi merasakan getaran di selangkangannya, tubuhnya merespons pemandangan yang memanjakan mata di hadapannya. Bu Siska memperhatikan tatapannya dan merasakan semburat panas di antara kedua kakinya. Sensasi yang sudah terlalu ia kenal, namun belum pernah ia jelajahi sepenuhnya.

Ketegangan itu berakhir ketika suara Bu Cherry memecah keheningan. “Randi, kenapa kau tidak maju ke depan? Kita perlu membahas tugasmu baru-baru ini.”

Randi menurut, jantungnya berdebar kencang saat ia mendekati kedua perempuan itu. Parfum Bu Siska memenuhi indranya, perpaduan memabukkan antara melati dan vanila yang membuat kepalanya pusing. Saat ia berdiri di hadapan mereka, Bu Cherry mengulurkan tangan dan menyentuh lengannya, sebuah isyarat menenangkan yang mengirimkan sengatan listrik ke seluruh tubuhnya.

“Kerjamu luar biasa, Randi,” bisik Bu Cherry, tatapannya terpaku pada Randi. “Kurasa sudah waktunya kau diberi penghargaan.”

Sebelum Randi sempat menjawab, Bu Siska melangkah mendekat, tangannya mengusap tonjolan yang semakin membesar di celana Randi. “Ya, pemuda cerdas sepertimu pantas mendapatkan sesuatu yang istimewa,” bisiknya, suaranya bergetar penuh harap.

Saat itu, penghalang profesional antara guru dan murid runtuh, digantikan oleh hasrat primitif yang tak terbantahkan. Bu Cherry meraih ke belakang Randi, mengunci pintu kelas dengan bunyi klik yang tegas. Saat ia berbalik menghadap Randi, bibirnya mencium Randi dengan penuh nafsu, lidahnya menuntut untuk masuk ke dalam mulutnya.

BACA JUGA : PERTEMUAN DAVID DENGAN TANTE SONYA

Tangan Randi bergerak bebas, menjelajahi lekuk tubuh Bu Siska sambil menggesekkan pinggulnya ke pinggul Randi. Jari-jari Bu Cherry dengan cekatan membuka kancing kemeja Randi, kukunya menggores ringan dada Randi. Sensasinya sungguh menjengkelkan, dan Randi dapat merasakan kemaluannya menegang di celana, ingin sekali melepaskannya.

Bu Siska berlutut, tatapannya tak lepas dari mata Randi saat ia membuka ritsleting celana Randi dan melepaskan penisnya yang ereksi. Ia memasukkannya ke dalam mulutnya, bibir perawannya meregang di sekeliling penis Randi. Sensasi lidahnya yang melilit kepala penis Randi hampir tak tertahankan, dan Randi mendesah pelan penuh kenikmatan.

Bu Cherry, tak mau kalah, menanggalkan blus dan roknya, memperlihatkan tubuh yang tak sesuai usianya. Ia menuntun tangan Randi ke payudaranya, mendorong Randi untuk meremas dan meremasnya. Putingnya mengeras di bawah sentuhan Randi, dan ia mendongakkan kepalanya dalam kenikmatan.

Mereka bertiga bergerak menyatu, jalinan anggota tubuh dan ciuman-ciuman penuh nafsu. Bu Siska mengangkangi wajah Randi, vaginanya yang basah melayang tak terjangkau. Randi menariknya ke dalam mulutnya, merasakan gairahnya saat ia menjilati lipatan-lipatannya. Ia melahap lidah Randi, erangannya semakin keras setiap detiknya.

Bu Cherry memposisikan dirinya di belakang Randi, jari-jarinya menggoda bokong Randi. Ia meludahi tangannya dan menggosokkannya ke lubang sempit Randi, mempersiapkannya untuk apa yang akan terjadi. Dengan dorongan cepat, ia membenamkan jari-jarinya di dalam Randi, memompa seirama dengan dorongan Randi ke dalam mulut Bu Siska.

Ruangan itu dipenuhi suara-suara bercinta mereka, desiran basah kulit yang bersentuhan, desahan dan jeritan kenikmatan yang lolos dari bibir mereka. Kemaluan Bu Siska mencengkeram lidah Randi saat ia mencapai klimaks, cairan maninya mengalir deras ke wajahnya.

Randi merasakan orgasmenya sendiri mulai memuncak jalatogel, api yang membakar pangkal tulang belakangnya. Dengan dorongan terakhir yang kuat, ia meledak ke dalam mulut Bu Siska, cairan maninya yang panas tumpah ke tenggorokannya. Ia menelan setiap tetesnya, matanya terbelalak takjub akan rasanya.

Saat mereka berbaring berkeringat dan kenyang di lantai kelas, cahaya fajar pertama merayap masuk melalui jendela. Mereka telah bercinta hingga dini hari, menjelajahi tubuh satu sama lain dengan intensitas yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Bu Siska, yang kini telah memasuki dunia kenikmatan seksual, menatap Randi dengan apresiasi yang baru ditemukan. Bu Cherry, yang berpengalaman

2 comments

Post Comment

You May Have Missed