CERITA DEWASA
cerita dewasa, Cinta dalam Diam, hubungan terlarang, imajinasi tanpa batas, karyawan dan atasan, kehidupan perintis, lembur, malam hari, motivasi bekerja, pekerja keras, pemimpin perusahaan, perawan tua, pria tampan, rekan kerja, seks dengan atasan, seks di kantor, teman kantor, wanita cantik, wanita tegas
admin1
1 Comments
Perintah Tak Terucapkan Di Tengah Malam
Perintah Tak Terucapkan Di Tengah Malam
Kantor itu bagai medan perang yang sunyi dan remang-remang, dan aku, Roni, adalah satu-satunya prajurit yang tertinggal di belakang garis musuh. Jam telah lama menunjukkan tengah malam, namun cahaya layar komputerku adalah satu-satunya suar di lautan bilik-bilik itu. Aku bertekad menaklukkan Perintah Tak Terucapkan Di Tengah Malam proyek yang terbentang di hadapanku, jemariku menari di atas keyboard dengan ritme yang lahir dari kebutuhan dan kafein.
Kau, Rani, adalah pemimpin yang telah memerintahkanku untuk tetap di posisiku hingga pekerjaan selesai. Kehadiranmu di kantor sama berwibawanya dengan auramu yang memabukkan. Aku selalu mengagumimu dari jauh, sosokmu yang seksi dan tegas, serta wajah orientalmu yang dapat berubah dari tegas menjadi menggoda dalam sekejap mata. Kau seorang perawan tua, sebuah gelar yang justru semakin memikatku, dengan rambut sebahu-mu yang tergerai di bahu bagai air terjun sutra tengah malam.
Seiring berlalunya waktu, aku bisa merasakan tatapanmu yang berat padaku, panas yang seakan semakin intens setiap saat. “Aku harus menyelesaikan ini, Roni,” katamu, suaramu bercampur antara tuntutan dan keinginan, “Jangan kecewakan aku.” Itu tantangan sekaligus ajakan, dan aku bukan tipe orang yang mudah menyerah.
BACA JUGA : PERTEMUAN DAVID DENGAN TANTE SONYA
Akhirnya, saat jam mendekati waktu sihir, kau muncul dari bayang-bayang kantormu bagai macan kumbang yang sedang berburu. “Sudah selesai?” tanyamu, matamu terpaku padaku, senyum sinis tersungging di bibirmu.
“Hampir,” jawabku, suaraku tenang meski jantungku berdebar kencang. “Hanya sedikit sentuhan lagi.”
Kau berjalan santai, tumitmu mengetuk lantai yang dingin dan keras, sangat kontras dengan lekuk tubuhmu yang lembut dan hangat. “Coba kulihat,” dengkuranmu, bersandar di bahuku, napasmu terasa hangat di leherku.
Aku berbalik menghadapmu, bibir visitogel kami hanya berjarak beberapa inci. “Silakan duduk?” tawarku, menunjuk kursi di sampingku. Kau duduk, pahamu menggesek pahaku, mengirimkan sengatan listrik langsung ke selangkanganku.
“Kau tahu, Roni,” kau memulai, tanganmu meraba pahaku, “Aku memperhatikan caramu menatapku. Apa kau suka apa yang kau lihat?” Jari-jarimu membentuk lingkaran, semakin mendekati ereksiku yang membesar setiap kali kau sentuh.
“Sial, ya,” aku akui, tekadku runtuh di bawah sentuhanmu. “Aku menginginkanmu sejak aku mulai bekerja di sini.”
Senyummu tampak buas saat kau membuka ritsleting celanaku, membebaskan penisku yang sekeras batu. “Kalau begitu tunjukkan padaku,” bisikmu, matamu gelap karena nafsu.
Aku tak butuh dorongan lebih lanjut. Tanganku menjelajahi tubuhmu, jalatogel menarikmu lebih dekat saat bibir kita bertemu dalam hasrat yang terpendam. Lidah kita menari bersama, sebuah pembuka untuk acara utama. Aku melepaskan diri cukup lama untuk menanggalkan blusmu, memperlihatkan bra hitam berenda yang nyaris tak menutupi layartogel payudaramu yang besar.
Dengan geraman, aku membenamkan wajahku sampai pagi menjelang.
1 comment